Thursday 15 September 2016

Seperti juga aku, namamu siapa bukan?
Kau melihat langit yang sama, merasakan desir angin yang sama berseteru dengan rembulan.
Di bawahmu, tanah berderak dalam diam.
Hingar bingar di antara ketiadaan.
Tahun-tahunmu tersiram rumpun jarum, dibingkai ilalang, dan kau terus terduduk hingga kau dapat kembali berdiri.
Saat itu belum juga sampai -- mungkin tak akan pernah -- sejauh yang kau ingat.
Dalam ingatanmu, langit itu selalu biru warnanya, selalu warna biru yang salah, warna biru yang tak kau setujui.
Sepasang lututmu tak mau lagi menopang tubuhmu jika langit terus membangkangmu seperti itu.
Jadi kau terduduk, menunggu.
Lama.
Tapi langit belum juga berubah menjadi seperti yang kau inginkan.
Dan kau menunggu hingga ia berubah hitam, karena hitam patuh padamu.
Menjagamu.
Hitam tidak pernah ingkar janji.


No comments:

Post a Comment